Di dalam " booming " batu akik akhir-akhir ini, Slamet (41), warga Jalan Tambra Dalam 2, Kuningan, Semarang, mengenalkan batu akik type fosil dari pohon asam khas Kota Semarang.
Gunakan iPhone? Sukai Baca Rimanews? Download Aplikasinya Di Appstore
" Dahulu, di Kota Semarang ini terdapat banyak pohon asam, satu diantaranya di selama Jalan Mataram (Jalan M. T. Haryono, red.), " kata dia, waktu didapati dirumah sekalian bengkel kerjanya di Semarang.
Slamet menceritakan histori Kota Semarang yang namanya diambilkan dari kata " Asam " serta " Arang ", termasuk juga banyak pohon asam yang tumbuh, tetapi saat ini telah banyak yang ditebangi untuk pembangunan permukiman.
Maka dari itu, dia optimistis fosil kayu yang diketemukannya di satu tempat di Kota Semarang itu, akan menyemarakkan " booming " batu akik juga sebagai ikon khas Semarang, seperti batu Giok Aceh serta Klawing Purbalingga.
" Saya sering berziarah ke makam-makam wali, termasuk juga di Kota Semarang. Ada 99 makam wali yang saya ziarahi, diantaranya Makam Kiai Sholeh Darat, Makam Syeh Maulana Jumadil Kubro, serta Makam Syeh Siwalan, " tuturnya.
Dari hasil perjalanan spiritualnya, Slamet mengakui memperoleh panduan melalui mimpi untuk mencari serta temukan tiga type batuan yang ada di Kota Semarang, yaitu Galih Asam, Galih Kelor, serta Sodo Lanang.
Fosil yaitu salah satu type batuan yang datang dari pohon atau mahluk hidup lain yang sudah membatu lantaran sistem kimiawi didalam tanah sepanjang beberapa ratus th., serta kerap jadikan juga sebagai aksesori.
" Bila galih, ini yaitu sisi inti dari pohon. Walau berbentuk fosil, kemampuan batuan ini tak dapat disepelekan lantaran sama kerasnya dengan type akik yang lain, terlebih sisi yang mengkristal, " tuturnya.
Pada akhirnya, Slamet mulai mencari tiga type batuan itu serta hingga saat ini baru temukan dua, yaitu Galih Asam serta Galih Kelor, sesaat type batu Sodo Lanang belum diketemukannya hingga saat ini.
Sesudah di proses serta dipoles, batu temuan Slamet itu nyatanya memperlihatkan bermacam motif yang indah, didominasi warna cokelat, hitam, putih, serta abu-abu, di samping dipandang dari manfaat dengan cara mistisnya.
Saat ini, Slamet kerap memperoleh pembelian akik Galih Asam serta Galih Kelor dalam partai besar, seperti dari Batam 200 biji, Surabaya 150 biji, serta Pulau Bintan 70 biji.
" Tak ambillah untung banyak-banyak. Ya, saya inginnya orang-orang Kota Semarang ini mengetahui potensinya, termasuk juga batuan mulia. Sekurang-kurangnya, mereka dapat beli, menggunakan, serta membanggakannya, " tuturnya.
Gunakan iPhone? Sukai Baca Rimanews? Download Aplikasinya Di Appstore
" Dahulu, di Kota Semarang ini terdapat banyak pohon asam, satu diantaranya di selama Jalan Mataram (Jalan M. T. Haryono, red.), " kata dia, waktu didapati dirumah sekalian bengkel kerjanya di Semarang.
Slamet menceritakan histori Kota Semarang yang namanya diambilkan dari kata " Asam " serta " Arang ", termasuk juga banyak pohon asam yang tumbuh, tetapi saat ini telah banyak yang ditebangi untuk pembangunan permukiman.
Maka dari itu, dia optimistis fosil kayu yang diketemukannya di satu tempat di Kota Semarang itu, akan menyemarakkan " booming " batu akik juga sebagai ikon khas Semarang, seperti batu Giok Aceh serta Klawing Purbalingga.
" Saya sering berziarah ke makam-makam wali, termasuk juga di Kota Semarang. Ada 99 makam wali yang saya ziarahi, diantaranya Makam Kiai Sholeh Darat, Makam Syeh Maulana Jumadil Kubro, serta Makam Syeh Siwalan, " tuturnya.
Dari hasil perjalanan spiritualnya, Slamet mengakui memperoleh panduan melalui mimpi untuk mencari serta temukan tiga type batuan yang ada di Kota Semarang, yaitu Galih Asam, Galih Kelor, serta Sodo Lanang.
Fosil yaitu salah satu type batuan yang datang dari pohon atau mahluk hidup lain yang sudah membatu lantaran sistem kimiawi didalam tanah sepanjang beberapa ratus th., serta kerap jadikan juga sebagai aksesori.
" Bila galih, ini yaitu sisi inti dari pohon. Walau berbentuk fosil, kemampuan batuan ini tak dapat disepelekan lantaran sama kerasnya dengan type akik yang lain, terlebih sisi yang mengkristal, " tuturnya.
Pada akhirnya, Slamet mulai mencari tiga type batuan itu serta hingga saat ini baru temukan dua, yaitu Galih Asam serta Galih Kelor, sesaat type batu Sodo Lanang belum diketemukannya hingga saat ini.
Sesudah di proses serta dipoles, batu temuan Slamet itu nyatanya memperlihatkan bermacam motif yang indah, didominasi warna cokelat, hitam, putih, serta abu-abu, di samping dipandang dari manfaat dengan cara mistisnya.
Saat ini, Slamet kerap memperoleh pembelian akik Galih Asam serta Galih Kelor dalam partai besar, seperti dari Batam 200 biji, Surabaya 150 biji, serta Pulau Bintan 70 biji.
" Tak ambillah untung banyak-banyak. Ya, saya inginnya orang-orang Kota Semarang ini mengetahui potensinya, termasuk juga batuan mulia. Sekurang-kurangnya, mereka dapat beli, menggunakan, serta membanggakannya, " tuturnya.