Persaingan kwalitas batu akik di Indonesia makin menggila. Sampai kini, batu bacan asal Ternate serta batu giok dari Aceh tempati posisi paling tinggi dalam pergulatan batu mulia. Tetapi saat ini, batu Ereke, Kabupaten Buton Utara (Butur), Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai menasional serta menjawarai pameran batu akik tingkat nasional.
Batu akik di Butur mempunyai ciri khas sendiri. Tidak cuma dari sisi motifnya, namun dari sisi kandungan, batu akik Butur banyak terkandung pirit (kombinasi mineral besi serta belerang) serta emas hingga harga jualnya melambung.
“Batu akik banyak diketemukan di sungai serta pegunungan. Beberapa besar memiliki kandungan pirit, bahkan juga didalam bongkahan batu ada kandungan emas, ” ungkap Armin, Kadistamben Butur.
Armin saat ini mempunyai pekerjaan penambahan dalam mengidentifikasi serta menginvetarisir kekayaan batu akik Butur. Untuk type batu badar perak yang diketemukan di Ereke, banyak terkandung pirit serta emas. Banyak bebatuan yang langka diketemukan di Butur. Type serta namanya belum ada. Batu mulia ini tak ada di daerah lain, termasuk juga daerah yang ada di Sultra sendiri.
Mungkin batu-batu lain dari beragam daerah mempunyai corak warna serta kekhasan yang bermacam. Cuma, akan tidak dapat temukan kandungan pirit serta emas. Batu akik type ini banyak diketemukan di Sungai Lakansai Kecamatan Kulisusu Barat, serta Lasiwa Kecamatan Wakorumba Utara. “Distamben mengambil batu itu dengan lakukan pengukuran titik koordinasi. Dari pinggiran jalan Lasiwa masuk sejauh 35 km. dengan memakai Global Positioning Sistem (GPS), ” katanya.
Dari enam kecamatan di Butur, seluruhnya mempunyai kekhasan batu akik. Di Ronta, Kecamatan Bonegunu, diidentifikasi ada batu safir. “Dari hasil yang dihimpun orang-orang sampai kini, telah banyak bentuk serta type batu dengan kandungan kepadatan 6-8 taraf most. Mendekati angka 10. Nyaris sama kemampuan intan, ” tuturnya.
Salah satu masalah yang dihadapi sekarang ini yaitu pengujian laboratorium berkenaan kandungan batu. Kurun waktu dekat, Distamben bakal lakukan pengujian untuk memastikan kandungan batu. “Kalau telah teruji dengan cara ilmiah, kita bakal mulai tertibkan pengelolaannya lewat Ketentuan Bupati, supaya tak keluar dengan cara gelondongan, ” tutur bekas Kadis PU-TR Butur itu.
Terkecuali batu akik, spesifiksi lain yang diketemukan di Butur sekarang ini yaitu fosil kayu yang diprediksikan telah berusia beberapa puluh juta th.. Berdasar pada hasil penjelasan salah seseorang geologis, Rahmat Pelita, M. Si., kayu itu telah berusia 65 juta th.. Lantaran metamorfosis yang berlangsung telah sangatlah prima hingga sinar dapat tembus. “Yang dapatkan fosil itu salah seseorang warga dari Kecamatan Kulisusu Utara. Tetapi yang berkaitan tak tahu bahwa yang diketemukan yaitu fosil yang telah berusia beberapa puluh juta th., jadi saya segera ambillah, ” tandasnya.
Fosil itu terjerat didalam batu gamping serta marmer. Kurun waktu dekat ini pihak distamben bakal membawa fosil itu ke Bandung untuk diuji. “Kalau dipandang dari sisi bentuk serta warnya, fosil itu adalah kayu ghito-ghito (type kayu eboni atau kayu hitam). Serta hingga sekarang ini masih tetap ada type kayu itu cuma saja telah langka serta tempatnya jauh, ” jelas Armin.
Kwalitas batu akik Butur mulai ramai dibicarakan di tingkat nasional. Armin mengungkap, dalam sebagian pameran batu akik, batu mulia asal Sultra jadi salah satu yang menyedot perhatian pengunjung. Pada pameran batu akik di Makassar, batu Ereke jadi juara ke-2. Sesaat arena sama diadakan di Jakarta sekian waktu lalu, batu dari Butur jadi dikira jadi paling baik.
Batu akik di Butur mempunyai ciri khas sendiri. Tidak cuma dari sisi motifnya, namun dari sisi kandungan, batu akik Butur banyak terkandung pirit (kombinasi mineral besi serta belerang) serta emas hingga harga jualnya melambung.
“Batu akik banyak diketemukan di sungai serta pegunungan. Beberapa besar memiliki kandungan pirit, bahkan juga didalam bongkahan batu ada kandungan emas, ” ungkap Armin, Kadistamben Butur.
Armin saat ini mempunyai pekerjaan penambahan dalam mengidentifikasi serta menginvetarisir kekayaan batu akik Butur. Untuk type batu badar perak yang diketemukan di Ereke, banyak terkandung pirit serta emas. Banyak bebatuan yang langka diketemukan di Butur. Type serta namanya belum ada. Batu mulia ini tak ada di daerah lain, termasuk juga daerah yang ada di Sultra sendiri.
Mungkin batu-batu lain dari beragam daerah mempunyai corak warna serta kekhasan yang bermacam. Cuma, akan tidak dapat temukan kandungan pirit serta emas. Batu akik type ini banyak diketemukan di Sungai Lakansai Kecamatan Kulisusu Barat, serta Lasiwa Kecamatan Wakorumba Utara. “Distamben mengambil batu itu dengan lakukan pengukuran titik koordinasi. Dari pinggiran jalan Lasiwa masuk sejauh 35 km. dengan memakai Global Positioning Sistem (GPS), ” katanya.
Dari enam kecamatan di Butur, seluruhnya mempunyai kekhasan batu akik. Di Ronta, Kecamatan Bonegunu, diidentifikasi ada batu safir. “Dari hasil yang dihimpun orang-orang sampai kini, telah banyak bentuk serta type batu dengan kandungan kepadatan 6-8 taraf most. Mendekati angka 10. Nyaris sama kemampuan intan, ” tuturnya.
Salah satu masalah yang dihadapi sekarang ini yaitu pengujian laboratorium berkenaan kandungan batu. Kurun waktu dekat, Distamben bakal lakukan pengujian untuk memastikan kandungan batu. “Kalau telah teruji dengan cara ilmiah, kita bakal mulai tertibkan pengelolaannya lewat Ketentuan Bupati, supaya tak keluar dengan cara gelondongan, ” tutur bekas Kadis PU-TR Butur itu.
Terkecuali batu akik, spesifiksi lain yang diketemukan di Butur sekarang ini yaitu fosil kayu yang diprediksikan telah berusia beberapa puluh juta th.. Berdasar pada hasil penjelasan salah seseorang geologis, Rahmat Pelita, M. Si., kayu itu telah berusia 65 juta th.. Lantaran metamorfosis yang berlangsung telah sangatlah prima hingga sinar dapat tembus. “Yang dapatkan fosil itu salah seseorang warga dari Kecamatan Kulisusu Utara. Tetapi yang berkaitan tak tahu bahwa yang diketemukan yaitu fosil yang telah berusia beberapa puluh juta th., jadi saya segera ambillah, ” tandasnya.
Fosil itu terjerat didalam batu gamping serta marmer. Kurun waktu dekat ini pihak distamben bakal membawa fosil itu ke Bandung untuk diuji. “Kalau dipandang dari sisi bentuk serta warnya, fosil itu adalah kayu ghito-ghito (type kayu eboni atau kayu hitam). Serta hingga sekarang ini masih tetap ada type kayu itu cuma saja telah langka serta tempatnya jauh, ” jelas Armin.
Kwalitas batu akik Butur mulai ramai dibicarakan di tingkat nasional. Armin mengungkap, dalam sebagian pameran batu akik, batu mulia asal Sultra jadi salah satu yang menyedot perhatian pengunjung. Pada pameran batu akik di Makassar, batu Ereke jadi juara ke-2. Sesaat arena sama diadakan di Jakarta sekian waktu lalu, batu dari Butur jadi dikira jadi paling baik.