Tiap-tiap orang ada masanya, tiap-tiap usaha ada waktunya. Kalimat itu nampaknya sangatlah cocok disematkan pada ‘pergerakan’ usaha di seputaran Taman Kesatuan Bangsa (TKb), Manado.
Telah bukanlah rahasia lagi, bila ruang yang terdapat di jantung ibukota Propinsi Sulawesi Utara (Sulut) itu, tiap-tiap malam jadi sentra transaksi esek – esek,
Tetapi, masuknya usaha batu akik, yang juga beraksi di seputaran TKB, jadi ‘malapetaka’ untuk beberapa pelakon ‘cinta short time’ itu.
Penelusuran lapangan menunjukkan prosentase ketertarikan golongan Adam, sekarang ini, lebih condong ke batu akik. Satu persatu beberapa lelaki merapat ke tempat penjualan bongkahan batu, sekalian yang berkeinginan lebih, segera keluarkan rupiah cost pembentukan batu, yang memanglah sudah stand by ditempat.
Sesaat panorama tidak sama terlihat di TKB. Bila umumnya kepulan asap dari bibir beberapa ‘ penjual cinta’ tak pernah berhenti menari – nari di angkasa, sekarang ini, jangankan kepulan asap, jumlah ‘penunggu ; juga alami penurunan mencolok, bersamaan anjloknya omset mereka.
” Sekarang ini memanglah lagi sepi, ” kata salah satu penjual cinta, yang menariknya, di jari tengahnya melingkar juga cincin batu akik.
Wanita, sebut saja Melati itu, mengakui bila saat sebelum ada usaha batu akik yang mangkal di seputaran TKB, dianya dapat menggaet ‘pelanggan’ kian lebih satu dalam semalam.
“Tapi saat ini untung – untungan bila ada satu pelanggan, ” tuturnya datar, namun terus pamer batu akik.
Anjloknya omset, disadari melati, beberapa rekanan sejawatnya, sekarang ini tak terlampau intens berburu rupiah, demikian sebaliknya cuma berdiam di rumah
Cuma saja, walau ‘bisnis’ tengah berasa pada saat suram, sama juga dengan yang lain, Melati mengakui akan tidak ‘menyerah. ’
Telah bukanlah rahasia lagi, bila ruang yang terdapat di jantung ibukota Propinsi Sulawesi Utara (Sulut) itu, tiap-tiap malam jadi sentra transaksi esek – esek,
Tetapi, masuknya usaha batu akik, yang juga beraksi di seputaran TKB, jadi ‘malapetaka’ untuk beberapa pelakon ‘cinta short time’ itu.
Penelusuran lapangan menunjukkan prosentase ketertarikan golongan Adam, sekarang ini, lebih condong ke batu akik. Satu persatu beberapa lelaki merapat ke tempat penjualan bongkahan batu, sekalian yang berkeinginan lebih, segera keluarkan rupiah cost pembentukan batu, yang memanglah sudah stand by ditempat.
Sesaat panorama tidak sama terlihat di TKB. Bila umumnya kepulan asap dari bibir beberapa ‘ penjual cinta’ tak pernah berhenti menari – nari di angkasa, sekarang ini, jangankan kepulan asap, jumlah ‘penunggu ; juga alami penurunan mencolok, bersamaan anjloknya omset mereka.
” Sekarang ini memanglah lagi sepi, ” kata salah satu penjual cinta, yang menariknya, di jari tengahnya melingkar juga cincin batu akik.
Wanita, sebut saja Melati itu, mengakui bila saat sebelum ada usaha batu akik yang mangkal di seputaran TKB, dianya dapat menggaet ‘pelanggan’ kian lebih satu dalam semalam.
“Tapi saat ini untung – untungan bila ada satu pelanggan, ” tuturnya datar, namun terus pamer batu akik.
Anjloknya omset, disadari melati, beberapa rekanan sejawatnya, sekarang ini tak terlampau intens berburu rupiah, demikian sebaliknya cuma berdiam di rumah
Cuma saja, walau ‘bisnis’ tengah berasa pada saat suram, sama juga dengan yang lain, Melati mengakui akan tidak ‘menyerah. ’