Liontin batu akik asal Palamea, Bacan Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara dengan harga Rp 1, 5 miliar dipamerkan dalam pameran batu akik yang berjalan di halaman depan Benteng Oranje, Kota Ternate, Maluku Utara.
Liontin seberat 1, 3 ons ini pasti mengambil alih perhatian untuk siapapun yang melihatnya. Ada yang ajukan pertanyaan harga nya dapat semahal itu, ada pula yang mendokumentasikannya dengan jepretan kamera telephone selular.
Jefri, penjual akik, Selasa (21/4/2015) tempo hari mengakui memiliki dia liontin batu akik asal Palamea yang semasing di bandrol Rp 1, 5 miliar. Satu batu yang lain seberat 2 ons.
Dia mengungkap, ke-2 liontin itu mahal lantaran mempunyai kandungan kristal di dalamnya. Diluar itu, ke-2 liontin itu telah ia koleksi sepanjang 20 th., tetapi baru dalam pameran batu akik kesempatan ini ia memamerkannya.
Menurutnya, liontin yang seberat 1, 3 ons telah pernah ditawar oleh kolektor asal Tiongkok seharga Rp 700 juta. Tetapi Jefri terus bertahan di harga Rp 1, 5 miliar. “Kalau bukanlah dengan harga Rp 1, 5 miliar, saya akan tidak terlepas, ” tutur dia.
Semua batu akik kepunyaannya termasuk juga ke-2 liontin itu bakal dipamerkan dalam kontes batu akik yang bakal berjalan di Kota Bandung kurun waktu dekat.
Menurutnya, untuk batu bacan type doko ataupun palamea, umumnya alami pergeseran ukuran. “Batu permata yang telah ada dalam gagang terkadang tiba-tiba longgar, walau sebenarnya awalannya itu tersimpan kuat, tak pernah jatuh, dsb. Namun itu ada sangkaan lantaran batu itu berproses hingga makin lama kandungan kristalnya makin tinggi, ” kata dia.
Liontin seberat 1, 3 ons ini pasti mengambil alih perhatian untuk siapapun yang melihatnya. Ada yang ajukan pertanyaan harga nya dapat semahal itu, ada pula yang mendokumentasikannya dengan jepretan kamera telephone selular.
Jefri, penjual akik, Selasa (21/4/2015) tempo hari mengakui memiliki dia liontin batu akik asal Palamea yang semasing di bandrol Rp 1, 5 miliar. Satu batu yang lain seberat 2 ons.
Dia mengungkap, ke-2 liontin itu mahal lantaran mempunyai kandungan kristal di dalamnya. Diluar itu, ke-2 liontin itu telah ia koleksi sepanjang 20 th., tetapi baru dalam pameran batu akik kesempatan ini ia memamerkannya.
Menurutnya, liontin yang seberat 1, 3 ons telah pernah ditawar oleh kolektor asal Tiongkok seharga Rp 700 juta. Tetapi Jefri terus bertahan di harga Rp 1, 5 miliar. “Kalau bukanlah dengan harga Rp 1, 5 miliar, saya akan tidak terlepas, ” tutur dia.
Semua batu akik kepunyaannya termasuk juga ke-2 liontin itu bakal dipamerkan dalam kontes batu akik yang bakal berjalan di Kota Bandung kurun waktu dekat.
Menurutnya, untuk batu bacan type doko ataupun palamea, umumnya alami pergeseran ukuran. “Batu permata yang telah ada dalam gagang terkadang tiba-tiba longgar, walau sebenarnya awalannya itu tersimpan kuat, tak pernah jatuh, dsb. Namun itu ada sangkaan lantaran batu itu berproses hingga makin lama kandungan kristalnya makin tinggi, ” kata dia.