Batu Bio Solar Seharga 300 Juta Dipamerkan di Solo − Penggila batu akik menyemut di pameran batu mulia Gems Award 2015 di Solo, Jumat (6/3/2015). Bazar batu mulia di Graha Wisata Sriwedari tersebut diikuti ratusan perajin batu mulia dari berbagai daerah Indonesia, seperti Aceh, Makasar, Sidoarjo, Pacitan dan Purbalingga.
Ratusan outlet pun langsung diserbu para pecinta batu mulia di Solo dan sekitarnya. Batu mulia yang langka pun bertebaran di acara tersebut. Batu yang sudah jarang ditemui seperti batu Bio Solar dari Aceh, Black and White Jesper, dan Sulaiman ditampilkan oleh para peserta pameran.
Selain itu, beberapa jenis batu lainnya yang sedang “booming” seperti batu bacan dan fire opal, juga turut dipajang dalam acara tersebut.
Menurut, Denny Irawan, pemilik batu Bio Solar yang termasuk jenis indocrase, penambangan jenis batu asal Aceh tersebut saat ini sudah dibatasi oleh pemerintah. Untuk mendapatkan bahan batu kualitas nomor satu pun kini sudah sulit. “Jenis idocrase kualitas nomor satu, di dalam batunya ada lumut hijaunya, sudah sulit,” kata Denny.
Menurut pria asal Jakarta tersebut, harga untuk batu jenis bio solar bisa mencapai Rp 300 juta.
Lain lagi dengan penjual asal Makassar, Sulawesi, Muhammad Jusuf. Jusuf bersama rekan rekannya, membawa satu jenis batu langka yang satu jenis dengan daratan Afrika, Black and White Jesper.
Jenis batu tersebut, menurut Jusuf, hanya bisa ditemukan di daerah Wajo, Sulawesi. Batu mirip kulit binatang Zebra tersebut diakui Jusup merupakan varian baru. Oleh karena itu, dia ingin memperkenalkan dalam acara pameran Gems Awaard di Solo, Jawa Tengah. “Harganya belum tahu mas,” kata Jusup.
Sementara itu, salah satu penjual asal Solo, Setyanto Raharjo, mengandalkan salah satu batu langka jenis Sulaiman, yang didapat dari Sungai Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah. Batu Sulaiaman, dengan corak khas warna warni tersebut mencapai harga Rp 25 juta untuk ukuran besar.
Pembatasan pemerintah untuk menambang batu tersebut juga menjadikan Sulaiman langka. “Keunikannya corak warna warninya dan karena dibatasi pemerintah, jadinya sulit mendapatkan batunya,” kata Setyanto.
Sementara itu, membludaknya pengunjung pameran batu mulia di Solo, membuat Ketua Panitia Gems Award 2015 di Solo, optimistis untuk mencapai target transaksi sekitar Rp 1 miliar. “Hari pertama begitu besar animonya, di luar perkiraan, mungkin saat akhir pekan akan mencapai target,” kata dia.
Acara tersebut digelar hingga tanggal 8 Maret 2015 di Graha Wisata Niaga Sriwedari, Solo, di Jalan Slamet Riyadi.
Ratusan outlet pun langsung diserbu para pecinta batu mulia di Solo dan sekitarnya. Batu mulia yang langka pun bertebaran di acara tersebut. Batu yang sudah jarang ditemui seperti batu Bio Solar dari Aceh, Black and White Jesper, dan Sulaiman ditampilkan oleh para peserta pameran.
Selain itu, beberapa jenis batu lainnya yang sedang “booming” seperti batu bacan dan fire opal, juga turut dipajang dalam acara tersebut.
Menurut, Denny Irawan, pemilik batu Bio Solar yang termasuk jenis indocrase, penambangan jenis batu asal Aceh tersebut saat ini sudah dibatasi oleh pemerintah. Untuk mendapatkan bahan batu kualitas nomor satu pun kini sudah sulit. “Jenis idocrase kualitas nomor satu, di dalam batunya ada lumut hijaunya, sudah sulit,” kata Denny.
Menurut pria asal Jakarta tersebut, harga untuk batu jenis bio solar bisa mencapai Rp 300 juta.
Lain lagi dengan penjual asal Makassar, Sulawesi, Muhammad Jusuf. Jusuf bersama rekan rekannya, membawa satu jenis batu langka yang satu jenis dengan daratan Afrika, Black and White Jesper.
Jenis batu tersebut, menurut Jusuf, hanya bisa ditemukan di daerah Wajo, Sulawesi. Batu mirip kulit binatang Zebra tersebut diakui Jusup merupakan varian baru. Oleh karena itu, dia ingin memperkenalkan dalam acara pameran Gems Awaard di Solo, Jawa Tengah. “Harganya belum tahu mas,” kata Jusup.
Sementara itu, salah satu penjual asal Solo, Setyanto Raharjo, mengandalkan salah satu batu langka jenis Sulaiman, yang didapat dari Sungai Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah. Batu Sulaiaman, dengan corak khas warna warni tersebut mencapai harga Rp 25 juta untuk ukuran besar.
Pembatasan pemerintah untuk menambang batu tersebut juga menjadikan Sulaiman langka. “Keunikannya corak warna warninya dan karena dibatasi pemerintah, jadinya sulit mendapatkan batunya,” kata Setyanto.
Sementara itu, membludaknya pengunjung pameran batu mulia di Solo, membuat Ketua Panitia Gems Award 2015 di Solo, optimistis untuk mencapai target transaksi sekitar Rp 1 miliar. “Hari pertama begitu besar animonya, di luar perkiraan, mungkin saat akhir pekan akan mencapai target,” kata dia.
Acara tersebut digelar hingga tanggal 8 Maret 2015 di Graha Wisata Niaga Sriwedari, Solo, di Jalan Slamet Riyadi.